Welcome to my blog, enjoy reading.

Senin, 26 September 2011

Wah! Asteroid Besar Dekati Bumi November Mendatang

2 Bulan lagi, asteroid besar mendekati Bumi. Diperkirakan jarak asteroid itu dengan Bumi lebih dekat ketimbang jarak bulan dengan Bumi. Jangan khawatir, fenomena ini tidak akan membahayakan penduduk Bumi.

space.com pada 3 Mei 2011 lalu melansir, tidak ada bahaya atau dampak yang terjadi kala asteroid 2005 YU55 itu mendekati Bumi pada 8 November mendatang. Para ilmuwan memperkirakan, jarak asteroid tersebut dengan Bumi adalah 201.700 mil atau 325.000 kilometer. Konon jarak ini 0,85 kali jarak Bulan ke Bumi.

"Dulu ketika objek ini berada di jarak yang hampir sama dengan Bulan, kami tidak memiliki pengetahuan dan teknologi untuk memanfaatkan kesempatan yang ada. Padahal saat itu, seharusnya jadi kesempatan yang baik," keluh Barbara Wilson, seorang seorang peneliti di Jet Propulsion Laboratory NASA Pasadena, California.

Asteroid 2005 YU55 memiliki ukuran 1300 kaki atau 400 meter. Asteroid ini Ditemukan pada Desember 2005 oleh program Spacewatch di Universitas Arizona di Tucson. Karena ukuran dan karakter orbitalnya, para astronom memasukkan asteroid ini ke dalam daftar asteroid yang memiliki potensi bahaya.

"YU55 tidak menimbulkan ancaman tabrakan dengan Bumi, setidaknya seratus tahun mendatang," kata Don Yeomans, Direktur Kantor Program Objek Dekat Bumi, NASA.

"Pada jarak yang terdekat, efek gravitasi di Bumi akan sangat kecil. Ini tidak mempengaruhi pasang surut atau apa pun," imbuhnya.

Pada April 2010, para astronom di National Science Foundation Observatorium Arecibo di Puerto Rico memperlihatkan beberapa gambar asteroid YU55 pada 2005. Kala itu, jarak YU55 sekitar 1,5 juta mil atau 2,3 juta km dari Bumi.

"Ketika YU55 2005 kembali musim gugur ini, kami berharap memotretnya pada resolusi 4 meter (13 kaki) dengan peralatan kami yang baru diupgrade," kata astronom di Jet Propulsion Laboratory NASA, Lance Benner.

Apalagi, asteroid itu pada November nanti diperkirakan tujuh kali lebih dekat dengan Bumi dari sebelumnya. Tidak heran jika para astronom mengharapkan gambar yang sangat rinci.

Para peneliti ingin mengetahui detail komposisi mineral dari asteroid tersebut. YU55 ditengarai sebagai asteroid tipe C yang dianggap mewakili bahan purbakala tata surya. Dari objek ini, peneliti berharap bisa menyelidiki, mendokumentasikan dan mengukur asteroid dengan lebih tepat lagi sehingga bermanfaat banyak bagi manusia di masa mendatang.

7 Langkah Juno Menguak Rahasia Jupiter

NASA
KOMPAS.com - Wahana antariksa Juno akan segera meluncur ke Jupiter, menempuh jarak setidaknya 800 juta kilometer. Beberapa tugas penting diemban wahana antariksa itu, mulai menentukan kadar air dan komposisi atmosfer planet itu, memetakan medan magnet dan medan gravitasinya serta mengeksplorasi magnetosfer di kutubnya.
Untuk mencapai targetnya, ada beberapa langkah penting yang harud dilalui Juno, mulai dari peluncuran hingga proses pengiriman data hasil observasi nantinya. Berikut beberapa langkah penting itu.
1. Peluncuran
Sejauh ini, peluncuran masih tentatif. Paling cepat, Juno akan diluncurkan pada 5 Agustus 2011 dan paling lambat 26 agustus 2011. Jika pada 5 agustus memungkinkan, maka rencananya Juno akan diluncurkan antara pukul 11.34 - 12.33 EDT. Juno akan diterbangkan dengan roket United Launch Alliance Atlas V dari Kennedy Space Center di Florida, Amerika Serikat.
2. Satu Kali Melintas Bumi
Setelah peluncuran, Juno akan memulai perjalanan ke Jupiter yang jaraknya sekitar 800 juta kilometer. Perjalanan diperkirakan akan membutuhkan waktu 5 tahun. Dalam perjalanannya, tepatnya tahun 2013, Juno akan melintasi Bumi sekali untuk membantu mempercepat perjalanannya. dalam perjalanan, Juno akan memperoleh daya dari energi matahari.
3. "Hidup" di Jupiter
Sampai di Jupiter, Juno akan menghadapi lingkungan yang sangat berbeda. Jupiter hanya menerima 25 persen cahaya Matahari yang diterima Bumi. Untuk bisa bertahan hidup dan melaksanakan misi, Juno telah dilengkapi dengan panel surya selebar 20 meter yang akan mengakumulasi seluruh cahaya Matahari yang diterima dalam perjalanannya. daya dari sumber itulah yang akan digunakan untuk hidup. 4. Memulai Dari Kutub
Orbit Juno yang berbentuk eliptikal membantunya lebih dekat ke Jupiter daripada wahana antariksa sebelumnya. Juno takkan memulai petualangannya di Jupiter dari bagian ekuator, tapi bagian kutub. Juno akan melewati kutub utara dan selatan Jupiter dan mengobservasi aurora di planet terbesar di tata Surya itu, sekaligus mengukur partikel bermuatan dan arus yang berkaitan dengannya.
5. Mengorbit Selama Setahun
Juno akan mengorbit Jupiter sebanyak 33 kali atau selama setahun. Dengan magnetometer kembar yang dimiliki, Juno akan memetakan medan magnet Jupiter. Steven Levin dari Jet propulsion Laboratory NASA di Pasadena mengatakan, "Memetakan medan magnet Jupiter adalah satu dari beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mempelajari struktur internal Jupiter." Levin menambahkan bahwa Jupiter adalah tempat terbaik di Tata Surya untuk mempelajari bagaimana medan magnet dibangkitkan. 6. Mempelajari Dinamo Jupiter
Tak seperti Bumi, Jupiter adalah planet gas. Ini menawarkan kesempatan untuk mempelajari inti planet tersebut. Selama mengorbit, Juno juga akan mempelajarinya. "Ini adalah propspek yang menarik sebab benar-benar akan meningkatkan kemampuan kita mendefinisikan apa yang sebenarnya terjadi di sana," ungkap Jack Connerney dari Goddard Space Center NASA, deputi pimpinan investigasi Juno.
Jupiter diketahui didominassi gas hidrogen. semakin mendekati inti, gas semakin mampat dan akhirnya terdapat hidrogen dalam bentuk cair, disebut hidrogen metalik. Apakah hidrogen metalik ini adalah sumber medan magnet Jupiter? Ataukah ada bagian inti Jupiter yang berwujud padat? Juno akan memecahkannya. 7. Menentukan Kadar Air di Atmosfer
Juno dilengkapi dengan Microwave Radiometer yang akan membantu mengukur kadar air yang ada di atmosfer upiter. Dengan demikian, bisa diketahui pula kandungan oksigen yang ada. Sementara itu, dengan JunoCam, wahana antariksa ini akan menangkap citra close-up Jupiter, memungkinkan untuk analisis lebih lanjut.
Menyambut langkah awal misi Juno, Rabu (3/8/2011), akan digelar konferensi pers yang dihadiri oleh ilmuwan NASA yang terlibat proyek Juno. Sementara, pada tanggal 5 Agustus, televisi NASA akan menayangkan secara khusus pemberitaan tentang peluncuran Juno mulai jam 9.00 EDT. Selanjutnya, kejutan dari penemuan Juno menanti.

Stasiun Antariksa Akan Ditenggelamkan

NASA Stasiun Antariksa Internasional (ISS).




Alam pikiran manusia berbatas horizon yang tak bertepi. Segala yang tak terverifikasi secara ilmu pengetahuan kita sebut ”mimpi”. Stasiun antariksa internasional adalah salah satu mimpi yang menjadi kenyataan. Salah satu perwujudan mimpi itu akan terkubur di samudra pada tahun 2020.
Adalah Edward Everett Hale yang merentangkan batas imajinasinya hingga ke batas tak terkira. Ia menuliskan cerita pendek The Brick Moon yang dimuat secara berkala dalam ”The Atlantic Monthly” tahun 1869. Sebuah kisah fiksi tentang ”satelit buatan”. Dia menulis tentang suatu wahana dari batu bata, berdiameter sekitar 70 meter yang diluncurkan ke orbit Bumi dan secara tak sengaja ada manusia terbawa di dalamnya.
Perihal antariksa juga dikisahkan Jules Verne—penulis fiksi sains yang imajinasinya banyak terbukti sekarang. Verne menuliskan From Earth to the Moon pada 1865—meski tidak menyebut satelit buatan, tetapi memuat mimpi tentang manusia di antariksa. Masih soal Bulan, Verne, antara lain, menulis Around the Moon pada 1870.
Dasar keantariksaan
Baru pada 1923, ilmuwan kelahiran Hermannstadt, Transilvania, Romania, Hermann Oberth—yang kemudian tinggal di Jerman—meletakkan dasar-dasar teknologi antariksa.
Buku-bukunya, The Rocket into Interplanetary Space (1923) dan Ways to Travel in Space (1929), bisa dikatakan menjadi dasar pengembangan teknologi antariksa kemudian.
Oberth menguraikan proyek ruang angkasa mulai dari roket dan satelit, hingga pendaratan di Bulan, penelitian-penelitian planet, stasiun antariksa internasional, hingga kemungkinan kapal alat transportasi antariksa.
Dari yang dia pelajari di jurusan kedokteran, dia yakin tubuh manusia mampu menahan beban yang mungkin muncul di antariksa, seperti kondisi tanpa bobot atau tekanan pada tubuh akibat percepatan ekstrem.
Pemikiran Oberth dilanjutkan oleh H Noordung (1929) dengan The Problems of Navigating the World.
Maka, mulailah sejarah stasiun antariksa, yang diwarnai dengan ”perlombaan antariksa” antara Amerika Serikat dan Uni Soviet—lalu jadi Rusia saat Uni Soviet pecah tahun 1991. Seperti kisah ”pendaratan di Bulan” saat Uni Soviet mengirim Sputnik ke Bulan lebih dulu daripada AS, sebelum astronot AS, Edwin Aldrin, menapakkan kaki di Bulan, soal laboratorium antariksa juga diawali Uni Soviet.
Tahun 1971, Uni Soviet meluncurkan Salyut-1. Dua tahun kemudian, AS mengorbitkan Skylab yang sempat dikunjungi tiga awak sebelum tahun 1974 ditinggalkan. Kedua negara kemudian ”rujuk” setelah Uni Soviet meluncurkan Mir dan AS mengembangkan Freedom.
Tahun 1993, kedua negara raksasa, Rusia dan AS, sepakat berbagi tugas demi terciptanya laboratorium antariksa yang bisa didiami manusia. Maka, digabunglah proyek Mir-2 dari Badan Antariksa Rusia (RSA) dengan Freedom—proyek Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional AS (NASA).
Pesawat ulang alik AS menjadi pembawa kebutuhan membangun ISS; mulai dari tiang penopang, 4 elemen rangkaian sistem energi surya, kebutuhan laboratorium, dan modul agar ISS bisa ditinggali manusia, juga sistem untuk ”berjalan di ruang angkasa” (spacewalk).
Pihak Rusia menyediakan, antara lain, modul pendaratan (universal docking module). Negara-negara Eropa Barat—anggota Badan Antariksa Eropa (ESA)—menyediakan laboratorium sains Columbus, serta kendaraan untuk transfer kargo secara otomatis (ATV). Tahun 1998, ISS diluncurkan.
Penelitian kemanusiaan
Sepanjang sejarah kehidupan, manusia selalu disesaki kegalauan; akan asal muasal kehidupan, hingga kemungkinan adanya kehidupan di luar planet Bumi, di antariksa yang gravitasinya nol.
Bagi AS, berdasarkan undang-undang terkait NASA tahun 2010, ada empat wilayah penelitian di ISS, yaitu bidang kesehatan, eksplorasi, teknologi yang memungkinkan eksplorasi antariksa di masa depan, riset sains untuk fisika dan kehidupan manusia, serta penelitian untuk ilmu bumi dan antariksa.
Awal Juli lalu, penelitian akan vaksin Salmonella, Recombinant Attenuated Salmonella Vaccine dimulai di ISS, juga dilakukan penelitian terhadap ragi untuk mengetahui efek gravitasi nol pada sel-sel manusia.
Eksplorasi antariksa terus berlanjut di masa depan. Untuk itu, AS memiliki program bagi penelitian komunitas yang bisa diikuti oleh pelajar usia di bawah 10 tahun hingga remaja.
Namun, masa hidup ISS tinggal 4-9 tahun. Rencananya, ISS akan diterjunkan dan ditenggelamkan ke lautan, paling cepat tahun 2015 dan paling lambat tahun 2020.
Menurut Wakil Kepala RSA, Vitaly Davydov, penghentian pengorbitan ISS akan dilakukan secara hati-hati agar ISS tidak menjadi ”sampah antariksa yang berbahaya”. Rusia menenggelamkan Mir di Pasifik tahun 2001, Skylab milik AS jatuh dari orbit tahun 1979.
Kini, ISS adalah wahana antariksa terbesar sepanjang sejarah—bisa disaksikan dengan mata telanjang dari Bumi dan bisa ditinggali enam orang. Dengan apa kisah eksplorasi manusia di antariksa akan dilanjutkan memang belum jelas. Namun, manusia tak akan menyerah.(oberth-museum.org/NASA.org)

NASA Luncurkan Juno ke Yupiter

NASA

Badan Antariksa AS, NASA, Jumat (5/8/2011) waktu setempat, meluncurkan pesawat ruang angkasa bertenaga surya menuju planet Yupiter, dari Cape Carnaval Air Force Station di Florida. Pesawat seharga satu miliar dollar AS itu bernama Juno, dan akan menempuh perjalanan selama lima tahun ke Yupiter, yang berjarak sekitar 2.800 juta kilometer jauhnya.
Misi Juno ialah mencari apa saja yang membentuk planet terbesar dalam sistem tata surya itu. Satelit pengamat tak berawak itu akan didorong ke angkasa dengan sebuah roket bernama Atlas 4, dan lepas landas dari Cape Carnaval pada Jumat sekitar pukul 11:30 waktu setempat.
Hanya kurang dari satu jam setelah peluncuran, Juno akan terpisah dari Centaur di bagian atas roket Atlas V. "Pada titik ini, Juno akan menempuh perjalanan selama lima tahun untuk menjelajahi jarak 1.740 juta mil atau 2.800 juta km ke Jupiter," kata badan ruang angkasa AS.
Setelah tiba pada bulan Juli 2016, pesawat ruang angkasa akan mengorbit di kutub gas raksasa, yang memiliki lebih dari dua kali massa gabungan semua planet di tata surya, dan sebagai planet pertama yang berada di sekitar Matahari.
Misi bertujuan untuk 30 orbit selama periode satu tahun. Juno bertujuan untuk lebih dekat ke Jupiter daripada pesawat ruang angkasa NASA lainnya dan akan menjadi yang pertama mengorbit kutub planet, kata Scott Bolton, peneliti utama Juno dan ilmuwan di Southwest Research Institute di San Antonio, Texas.

Juno Akan Menguak Sejarah Tata Surya

NASA/JPL-Caltech Ilustrasi saat Juno mendekati Planet Jupiter.

 
Wahana antariksa Juno yang akan menjalankan misinya ke Planet Jupiter sukses diluncurkan dari Kennedy Space Center, Florida, Jumat (5/8/2011) pukul 12.25 waktu setempat atau pukul 23.25 WIB. Meski sedikit lebih lambat dari jadwal yang direncanakan semula, peluncuran dilaporkan berjalan lancar.
Pada misi ini, Juno akan melakukan beberapa riset, salah satunya adalah mengukur kadar air di atmosfer planet terbesar di tata surya itu. Juno dilengkapi dengan alat yang bisa mendeteksi radiasi gelombang mikro yang dihasilkan panas Jupiter.
Selain itu, Juno juga akan menjawab pertanyaan lain, misalnya, besarnya medan magnet di Jupiter, memetakan medan magnetnya, dan mengetahui inti planet itu. Tak lupa, Juno yang dilengkapi dengan kamera juga akan memotret Jupiter dan fenomena yang ada, seperti aurora di kutubnya.
"Apa yang kami cari adalah beberapa pertanyaan fundamental tentang tata surya kita. Bagaimana Jupiter terbentuk, bagaimana ia berevolusi, dan apa yang terjadi di awal tata surya sehingga menciptakan kita," kata Scott Bolton, pimpinan investigasi misi Juno.
Untuk mencapai Jupiter, Juno yang menghabiskan biaya 1,1 miliar dollar AS harus menempuh perjalanan selama 5 tahun ke depan. Juno akan melakukan manuver untuk memperoleh kecepatan yang diinginkan. Juno akan mampir ke orbit beberapa planet, termasuk kembali melakukan manuver di orbit Bumi pada tahun 2013. Diperkirakan, Juno akan sampai di Jupiter pada tahun 2016.
Dalam penjelajahannya, Juno dilengkapi dengan panel surya selebar 20 meter. Dengan adanya panel surya ini, Juno menjadi wahana antariksa penempuh jarak jauh pertama yang daya untuk penjelajahannya berasal dari tenaga surya.
Juno akan mengorbit Jupiter sebanyak 30 kali selama setahun. Lain dengan wahana antariksa lain yang memulai dari khatulistiwa, Juno akan memulai dari kutub.

Akhir Pekan Ini, Puncak Hujan Meteor



Sambil menanti waktu sahur hingga matahari terbit, Anda berkesempatan untuk menayaksikan "bintang jatuh" melesat di langit. Perlu tahu saja, puncak hujan meteor Perseid akan berlangsung akhir pekan ini antara 12-13 Agustus 2011.  Perseid merupakan salah satu hujan meteor paling besar yang rutin terjadi setiap tahun.
Pada puncak hujan meteor Perseid, diperkirakan ada sebanyak 60-120 meteor yang bisa teramati per jamnya. Menurut situs astronomi Space.com, Rabu, (11/8/2011), waktu pengamatan yang tepat adalah sekitar pukul 01.00 dini hari waktu masing-masing daerah.
Pengamatan terbaik adalah dengan cara mengarahkan pandangan ke arah timur laut, tempat rasi Perseus. Meteor akan bergerak secara radian dari bagian atas rasi bintang tersebut. Namun, pengamatan kali ini mungkin agak terganggu karena cahaya bulan yang terang mendekati purnama. Langit benar-benar gelap hanya beberapa menit saja menjelang matahari terbit.
Saat hujan meteor Perseid berlangsung, hujan meteor Delta Aquarid pun akan terjadi. Hanya saja, jumlah meteor yang bisa disaksikan mungkin tak sebanyak Perseid. Hujan meteor Delta Aquaruds sebenarnya sudah terjadi sejak 14 Juli 2011 lalu dan masih akan berlangsung hingga 18 Agustus 2011 mendatang.
Meteor Perseid berasal dari komet 109P/Swift-Tuttle. Setiap bulan Agustus, Bumi memasuki bekas lintasan komet itu sehingga debu-debu dan batu yang tersisa di lintasan komet masuk ke atmosfer Bumi sebagai hujan meteor, dengan kecepatan sekitar 60 kilometer per detik. Posisi terdekat komet ini dengan Matahari yang terakhir terjadi pada 1992.
Meski hujan meteor Perseid sudah berlangsung sejak tahun 1990-an, hingga kini hujan meteor tersebut tetap terjadi. Menurut Hakim, hal itu terjadi karena besarnya diamater inti komet, yang menurut Space.com mencapai 9,7 kilometer. Walaupun terjadi berulang, hujan meteor ini tidak akan menimbulkan efek berarti bagi Bumi. Dalam jangka panjang, banyaknya hujan meteor bisa menimbulkan penumpukan debu di bagian atas atmosfer Bumi sehingga bisa menghalangi cahaya Matahari.
Karena cahaya bulan terang maka hujan meteor Perseid tahun ini termasuk bukan yang terbaik. Sementara meteor Delta Aquarids akan bergerak dengan kecepatan 42 kilometer per detik. Wilayah tropis Bumi bisa menyaksikan hujan meteor ini lebih baik dibanding wilayah lain.

Sebuah Meteorit Akan Jatuh ke Bumi

Southern Ontario Meteor Network Sebuah bola api terdeteksi memasuki atmosfer Bumi pada 8 Agustus 2011.


Kamera di Southern Ontario Meteor Network mendeteksi adanya bola api atau meteor pada Senin (8/8/2011) pukul 01.22 EDT atau sekitar pukul 12.00 WIB pada tanggal yang sama.
"Meteor ini tertangkap di sekitar wilayah Danau Erie dan mengarah ke selatan-tenggara Ohio, AS," kata Kepala Meteoroid Environment Office NASA, Marshall Space Center, Huntsville. Meteor ini berpotensi lolos melewati atmosfer dan menumbuk permukaan Bumi. Jadi, bersiaplah untuk menyambutnya.
Seperti diketahui, meteor yang sampai ke permukaan Bumi disebut meteorit. Saat teramati, meteor tengah bergerak lambat di ketinggian 38 km di atas permukaan Bumi. Ketinggian ini tergolong rendah sebab umumnya bergerak di ketinggian 65-80 km di atas permukaan Bumi. Menurut Cooke, semakin dalam penetrasi meteor dan semakin lambat kecepatannya, maka makin berpotensi meteor sampai ke Bumi menjadi meteorit.
Meteor ini diketahui bergerak dengan kecepatan 40.555 km per jam. Massa meteor hanya 10 kg. Jadi, jika memang nanti menjadi meteorit, ukurannya kecil dan tak akan menimbulkan dampak serius. "Besarnya hanya sebesar kuku ibu jari, mungkin lebih besar sedikit," cetus Cooke. Massa meteoritnya nanti mungkin hanya 100 gram, dan diperkirakan hanya berdiamater 2,5-5 cm.
Cooke mengatakan, jika ada yang menemukan meteorit itu, diharapkan melapor ke NASA. Namun, Cooke mengingatkan bahwa meteorit yang jatuh menjadi hak milik si empunya lahan tempat meteorit itu jatuh, jadi yang mengambil mesti meminta izin. Jangan terlalu berharap akan jatuh di Indonesia sebab, menurut Cooke, meteorit nantinya akan tetap jatuh di wilayah Amerika Serikat, tepatnya di timur Cleveland.

2025, Ambisi Russia Kirim Manusia ke Mars

Meski perang dingin antara AS dan Russia sudah selesai, kedua negara masih berlomba-lomba dalam menaklukkan ruang angkasa. Russia menetapkan target yang lebih ambisius daripada AS untuk mengirimkan manusia pertama ke Planet Mars."Kami mengambil semacam langkah lebih depan dalam perlombaan ini mengingat kami memiliki pengalaman terbaik dalam mengendalikan wahana ruang angkasa," ujar Lev Zelyony, direktur Space Research Intitute, Russia, seperti dilansir kantor berita Interfax, Selasa (8/1).
Russia berambisi menjadi negara pertama yang mengirimkan manusia ke Mars. Secara teknis maupun ekonomis, ujar Zleyony, Russia mampu melakukannya pada tahun 2025. Target tersebut menyalip AS yang sebelumnya sudah lebih dulu mengungkap rencananya mengeksplorasi Mars secara terperinci.
Target tersebut juga lebih ambisius dari rencana semula. Pada akhir Agustus 2007, Anatoly Perminov, kepala badan antariksa Russia Roskosmos, mengatakan bahwa tahun 2025 baru menjadi target pengiriman misi berawak ke Bulan. Misi ke Mars baru ditargetkan sepuluh tahun kemudian.  

"Kami sudah kalah dalam perlombaan ke Bulan," ujar Zelyony. AS berhasil mendaratkan mansuia pertama ke Bulan  pada 20 Juli 1969 melalui misi Apollo 11 dan total berhasil menuglnagnya hingga 6 kali misi hingga misi Apollo 17 tahun 1972. Russia sampai sekarang tak sekalipun berhasil mengirimkan misi berawak ke Bulan.
Menurut Zelyony, persaingan ke Mars lebih bergengsi dan akan mengangkat citra Russia dalam bidang teknologi ruang angkasa.(AFP/WAH)

Misi "Deep Impact" dan "Armageddon" Rusia

Ilustrasi asteroid yang mendekati Bumi
 Misi 'hanya dalam film' melindungi Bumi dari tubrukan asteroid, seperti gambaran film Deep Impact dan Armageddon sedang disusun badan luar angkasa Rusia. Kabar itu diembuskan kantor berita Associated Press (AP), Rabu lalu, mengutip pernyataan Kepala Badan Luar Angkasa Rusia Anatoly Perminov.
Meski ada keraguan Amerika Serikat, negara paling menonjol dalam misi luar angkasa, Rusia tetap berpendapat rencana tersebut layak diwujudkan. Daripada duduk diam dan menunggu tubrukan asteroid atau benda-benda langit ke Bumi dengan korban ratusan ribu jiwa, menurut Perminov, tetap lebih baik melakukan sesuatu untuk menghindarinya dengan ongkos triliunan rupiah.
Bedanya dengan misi ”Deep Impact” dan ”Armageddon”, misi menghadang asteroid tidak akan menggunakan nuklir. Namun, Perminov enggan mengungkap detail yang direncanakan. Yang jelas, Rusia bermaksud menggandeng badan luar angkasa AS, Eropa, China, dan negara lain untuk proyek tersebut.
Asteroid pengancam Bumi saat ini diidentifikasi sebagai Apophis, asteroid berukuran 270 meter yang pertama kali ditemukan tahun 2004. Para astronom memperkirakan, Apophis akan bertubrukan dengan Bumi pertama kali pada 2029 dengan kemungkinan 1 banding 37. Meski sangat kecil, kemungkinan tubrukan itu diperkirakan ketika jarak asteroid dengan Bumi sekitar 29.450 kilometer. Sementara, NASA memperkirakan kemungkinan tubrukan pada tahun 2036 dengan perbandingan 1 banding 45.000.
Oktober lalu, setelah para peneliti mengalkulasi ulang garis edar asteroid, NASA mengubah estimasinya menjadi 1 banding 250.000. Sejauh ini, para ahli di dunia memiliki berbagai teori untuk membelokkan benda-benda luar angkasa dari kemungkinan menabrak Bumi. Di antaranya, mengirim satelit untuk mengitari asteroid dan secara perlahan membelokkan arah asteroid. Sebagian ahli lain menyarankan mengirimkan kendaraan luar angkasa untuk menabrak asteroid atau meledakkannya dengan bahan nuklir. Di tengah berbagai pro-kontra, rencana Rusia itu dinilai sebagai pengakuan dunia terhadap bahaya benda-benda angkasa terhadap Bumi. (AP/GSA)

Asteroid Tak Jadi Tabrak Mars

Kemungkinan terjadi tabrakan antara Planet Mars dengan sebuah asteroid yang mendekatinya dipastikan nol, demikian diumumkan para ilmuwan yang terus menerus mengamati gerakan batu angkasa tersebut, Jumat (11/1).Pelacakan asteroid 2007 WD5 dari empat observatorium makin mengecilkan kemungkinan terjadinya tabrakan pada tanggal 30 Januari mendatang saat posisinya paling dekat dengan Mars. Kemungkinan tabrakan turun menjadi 1 banding 10.000, menurut ilmuwan dari Near-Earth Object Program, Laboratorium Propulsi Jet, NASA di situs web-nya.

Para ilmuwan memperkirakan asteroid itu akan melewati Mars pada jarak lebih dari 25.500 kilometer dari permukaan planet merah, atau paling buruk, tidak lebih dekat dari 4.000 kilometer.
Asteroid 2007 WD5 ditemukan November lalu. Pengamatan awal terhadap orbitnya memunculkan kemungkinan terjadinya tabrakan dengan Mars dengan kemungkinan 1 banding 25 sebelum perhitungan lebih teliti dilakukan.
Asteroid itu cukup besar untuk bisa memunculkan kawah selebar setengah kilometer lebih bila menabrak permukaan Mars yang dingin dan berdebu, sehingga para astronom sesungguhnya ingin mengamatinya.

Peluang Kecil Tabrakan Asteroid ke Mars

Kecil kemungkinan Asteroid 2007 WD5 menabrak Planet Mars meski pada tanggal 30 Januari 2008 akan berada pada posisi sangat dekat. Peluang terjadi tabrakan terus menurun dan kini hanya 2,5 persen saja.Perkiraan tersebut merupakan hasil analisis terbaru yang dilakukan para astronom menggunakan teleskop di Observatorium Calar Alto di Spanyol. Teleskop yang digunakan dalam Program Objek Dekat Bumi di Laboratorium Propulsi Jet NASA terus mengamati pergerakan objek antariksa tersebut.
Asteroid tersebut baru ditemukan para astronom NASA saat melakukan Survei Langit Catalina di Arizona akhir November tahun lalu. Objek tersebut tengah saat ini bergerak melalui lintasan orbit yang berada dekat lintasan orbit yang juga dilalui Planet Mars.
Peluangnya menabrak Planet Merah sempat naik dari menjadi 4 persen pada akhir Desember 2007 dari 0,33 persen saat ditemukan. Meski peluangnya kecil, tabrakan asteroid ke permukaan Mars merupakan peristiwa yang sangat ditunggu-tunggu.
Jika tabrakan terjadi, batuan angkasa selebar lapangan sepakbola tersebut dapat menimbulkan kawah di permukaan Mars hingga selebar 500 meter. Program Objek Dekat Bumi NASA terus memantau pergerakan objek tersebut meski peluangnya membahayakan Bumi jauh lebih kecil.

Kendaraan Penghadang Asteroid Dikembangkan


ESA/C Carreau
Foto-foto dari jarak lebih dekat akan mengungkap lebih jauh mengenai bentuk, umur, dan komposisi Asteroid Steins.

 
Setelah teknologi sukses membawa manusia menjelajahi angkasa, gagasan baru pun dikembangkan. Sejumlah ilmuwan Inggris, bersama perusahaan ruang angkasa Stevenage EADS Atrium, berencana membangun kendaraan angkasa pencegat asteroid besar yang membahayakan Bumi.
Kendaraan atau ”traktor angkasa” itu dirancang membelokkan orbit asteroid yang berisiko menabrak Bumi. Kendaraan tersebut akan menghadang asteroid hingga jarak 48 meter dari sumber ancaman lalu mendorong batu angkasa ke arah lain. Menurut ahli, hal itu dimungkinkan dengan menggunakan kekuatan dari tenaga surya.
Alat tersebut idealnya diluncurkan 15 tahun mendatang sebelum terjadi tubrukan Bumi-asteroid, seperti yang selama ini diperkirakan. Menurut laporan Program Obyek di Dekat Bumi Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), terdapat 1.068 benda yang dikenali sebagai ”asteroid yang potensial berbahaya”, yang diperkirakan berada di angkasa. (GSA)

Emas dan Platina Berasal dari Luar Angkasa



Aktivitas eksplorasi tambang emas milik PT Aneka Tambang (Antam) di Pongkor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, terus berlangsung seperti hari Selasa (11/12). Hingga September 2007 PT Antam memproduksi 2.128 kilogram emas (ekuivalen 68.417 oz) dan menjual 3.730 kilogram emas (ekuivalen 119.922 oz).

Logam mulia seperti emas dan platina mungkin mulai muncul di permukaan kerak Bumi saat asteroid menghantam Bumi yang baru terbentuk miliaran tahun silam. Itulah kesimpulan hasil kajian yang dilakukan Gerhard Schmidt dari Universitas Mainz, Jerman.

Schmidt melakukan penyelidikan selama 12 tahun atas berbagai lokasi yang pernah dihantam meteorit dengan menganalisa tanah untuk melacak berbagai logam berharga ini, yang disebut highly sederophile element (HSE). Berbagai logam dalam kelompok HSE antara lain emas, platinum, palladium, iridium, dan ruthenium.

Ia membandingkan logam-logam mulia ini dengan sampel mineral dari sejumlah lokasi, antara lain dari bagian kulit dan kerak Bumi, dari meteorit Mars yang telah ditemukan di Bumi, dan dari sejumlah analisa atas batu-batuan yang banyak mengandung HSE yang dibawa dalam misi-misi Apollo yang ditemukan di lokasi-lokasi yang dihantam meteorit di Bulan.

Kandungan HSE di sejumlah mineral tersebut ternyata memiliki kesamaan sehingga erat kaitannya kimiakosmos Bumi dan batu-batuan luar angkasa tersebut. Dari hasil perhitungannya, Schmidt menyatakan bahwa sekitar 160 asteroid besar yang kaya unsur logam berdiameter 20 kilometer akan cukup memadai untuk memberikan konsentrasi HSE yang kita dikandung Bumi saat ini.

Schmidt dijadwalkan akan menyampaikan karyanya pada Kongres Sains Planet Eropa yang berlangsung pekan ini di Muenster, Jerman.

Rosetta Buru Asteroid Steins


ESA/C Carreau
Foto-foto dari jarak lebih dekat akan mengungkap lebih jauh mengenai bentuk, umur, dan komposisi Asteroid Steins.

Wahana ruang angkasa Rosetta milik badan antariksa Eropa (ESA) tengah mendekati target pertamanya, asteorid Steins. Misinya masih dalam rangka mencari tahu rahasia pembentukan tata surya.
"Kalau kita mengetahui lebih banyak mengenai asteorid dan komet, kita juga selangkah lebih maju untuk memahami bagaimana planet-planet terbentuk," ujar Gerhard Schwehm, manajer misi ESA untuk Rosetta.
Rosetta dijadwalkan bertemu pada jarak terdekat dengan asteroid Steins pada Jumat (5/9) sore waktu Eropa atau Sabtu dinihari WIB. Meski demikian, jarak terdekat yang dapat dicapai baru pada 800 kilometer.
Begitu melintas dekat asteroid tersebut, Rosetta akan mengaktifkan kameranya. Foto-foto yang diambil diharapkan jelas dan cerah karena Rosetta diperkirakan melintas di atas permukaan asteroid yang disinari Matahari.
Data-data tersebut akan segar dikirim ke pusat kendali misi di Darmstaadt, Jerman. Hasil analisisnya diharapkan dapat keluar dalam sehari.
Steins yang sebelumnya disebut Asteroid 2867 merupakan objek ilmiah pertama yang menjadi target misi wahana Rosetta sebelum melanjutkan perjalanan. Misi utama Rosetta sendiri adalah mencegat komet 67/P Churyumov-Gerasimenko yang dijadwalkan tahun 2014.
Rosetta diluncurkan pada Maret 2008. Saat ini wahana tersebut telah melesat hingga 400 juta kilometer dari Bumi.
Misi mendekati komet bukan pertama kalinya dilakukan ESA. sebelumnya wahana lainnya, bernama Giotto, pernah mencegat komet Halley pada tahun 1986, sempat mengambil foto-foto ngarai, kawah besar, dan bukit setinggi 900 meteran di permukaannya.

Dekati Asteroid, Kamera Rosetta Malah Mati


ESA/C Carreau
Foto-foto dari jarak lebih dekat akan mengungkap lebih jauh mengenai bentuk, umur, dan komposisi Asteroid Steins.


Wahana ruang angkasa bernama Rosetta milik badan antariksa Eropa atau European Space Agency (ESA) telah berhasil mendekati asteroid Stein seperti yang direncanakan. Sayangnya, kamera beresolusi tinggi pada wahana tersebut mendadak mati saat melewati obyek tersebut pada jarak terdekat.
Demikian penuturan manajer misi ESA dan Kepala Operasi Tata Surya Gerhard Schwehm pada Sabtu (6/9). Ia belum mengetahui secara pasti penyebab kegagalan kamera tersebut beroperasi.
"Software mati secara otomatis. Kamera itu memiliki beberapa software limit dan kita akan analisis kenapa hal ini bisa terjadi," tutur Gerhard.
Rosetta telah mencapai asteroid Stein, yang juga disebut asteroid 2867, pada Jumat (5/9) pukul 18.45 WIB di orbit asteroid antara Mars dan Yupiter. Wahana ini diluncurkan pada Maret 2004 dari Guyana Perancis dan sekarang sudah berada 402 juta kilometer dari bumi.
"Saya kira bebatuan di luar sana akan dapat memberi petunjuk lebih banyak," ujarnya. Gerhard mengatakan misi ini diharapkan dapat memberi petunjuk mengenai pembentukan tata surya.
Kepala tim investigasi kamera Uwe Keller, dalam jumpa pers, mengatakan kamera mati sekitar sembilan menit sebelum mencapai titik terdekat dan mati lagi beberapa kali tetapi saat ini sudah mulai berfungsi normal lagi. Keller mengatakan dia tak mengharapkan kamera mati lagi yang dapat mempengaruhi misi tersebut.
Beruntung, kamera dengan kapasitas lebih besar lainnya mampu mengambil gambar dan dikirim ke pusat kendali ruang angkasa. Keller mengatakan hasil foto-foto menunjukkan kawah yang bervariasi di permukaan asteroid yang berwarna keabuan. Foto tersebut menunjukkan sejarah benturan yang panjang.
Wahana tersebut mencatat 23 kawah di atas luas permukaan 200 meter dengan luas terbesar mencapai 2 kilometer. Menurut perkiraan, asteroid yang berbentuk seperti berlian tersebut berdiameter 5 kilometer dan sedikit lebih besar seperti yang diperkirakan sebelumnya yakni 34,8 kilometer.

Jangan Anggap Remeh Ancaman Hantaman Asteroid


ESA/C Carreau
Foto-foto dari jarak lebih dekat akan mengungkap lebih jauh mengenai bentuk, umur, dan komposisi Asteroid Steins. 
 
Ancaman asteroid yang berpeluang menghantam Bumi seharusnya menjadi isu dunia dan tidak dianggap remeh. Asosiasi Penjelajah Antariksa Internasional (ASE) menyerukan kepada Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) agar mengembangkan berbagai strategi untuk menghadapi asteroid yang mengancam akan menghantam Bumi.
Dari 5.000 benda dekat Bumi yang sudah dikenal, dan 500.000 lainnya yang diperkirakan akan ditemukan dalam 15 tahun mendatang beberapa puluh di antaranya berisiko tinggi menghantam Bumi. Hal tersebut dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan lokal atau regional.
Untuk menghadapi ancaman ini, asosiasi mengimbau kepada badan-badan PBB dan negara anggotanya agar mengembangkan kerangka kerja untuk saling bertukar informasi tentang berbagai asteroid yang berbahaya. Selain itu tentu saja mekanisme pengambilan keputusan untuk menghancurkan atau membelokkan lintasan asteroid-asteroid tersebut.
"Kemampuan teknikal untuk mencegah benturan semacam ini dengan Bumi sudah tersedia," tulis ASE, yang anggotanya terdiri atas 320 orang yang telah pergi ke angkasa luar, dalam sebuah laporan yang disampaikan di Wina, Selasa (25/11). Sejumlah opsi sedang dikaji, antara lain menghancurkan sebuah asteroid dengan pesawat antariksa berukuran besar atau senjata nuklir, atau mengubah lintasannya dengan memanfaatkan kekuatan gravitasi dari pesawat yang melayang dekat asteroid.
ASE menyatakan struktur pengambilan keputusan hendaknya disusun segera, dengan keputusan akhir berada di tangan Dewan Keamanan PBB. Dampak terbesar dari benda antariksa dalam sejarah adalah kejadian di Tunguska pada 1908, dimana meteoroid membinasakan hutan Siberia seluas 2.000 kilometer persegi.

Pecahan Asteroid yang Jatuh di Sudan Berhasil Dikumpulkan


NASA
Foto yang dibuat Desember 2008 oleh NASA menunjukkan sebuah batu hitam yang ditemukan di gurun Sudan.

 
Untuk pertama kalinya, para ilmuwan berhasil mengumpulkan pecahan asteroid yang sudah teramati dengan saksama sejak mengarah hingga jatuh ke Bumi. Asteroid yang diberi nama 2008 TC3 tersebut jatuh ke kawasan Gurun Nubian, Sudan, Oktober tahun lalu.
Penemuan pecahan asteroid bukan pertama kali terjadi. Namun, yang unik dari penemuan ini karena asteroid tersebut sudah terlacak dengan baik saat mengarah hingga jatuh. Proses penemuan seperti ini belum pernah dilaporkan sebelumnya.
Asteroid sebesar mobil itu terlacak pertama kali oleh astronom Arizona, AS hanya beberapa hari sebelum jatuh ke Bumi. Jalur perjalanannya langsung dimonitor sejumlah teleskop dari seluruh dunia sehingga dapat diperkirakan lokasi jatuhnya.
Peter Jenniskens dari SETI Institut, California, yang menjadi penulis laporan pertama keberadaan asteroid tersebut kemudian melakukan perjalanan ke Sudan untuk melacaknya. Penelusuran yang menyeluruh akhirnya berhasil menemukan 47 pecahan untuk dianalisis.
"Asteroid ini terbuat dari material yang mudah pecah sehingga ia pecah pada ketinggian 37 kilometer sebelum berangsur-angsur jatuh perlahan," ujar Jenniskens. Menurutnya, jenis asteroid ini sangat langka dan jarang ditemukan.
Material penyusunnya disebut ureilite. Hasil perbandingan data menunjukkan asteroid 2008 TC3 tersebut termasuk muda dan baru mengarungi beberapa juta tahun di sekitar pusat tata surya.
Analisis terhadap pecahan-pecahan astroid tersebut akan memberikan banyak informasi untuk mengungkap proses pembentukan di ruang angkasa. Selain itu, para ilmuwan juga berharap dapat mempelajari lebih lanjut hubungannya dengan rute perjalanan asteroid agar dapat menyiapkan cara mengatasi asteroid lebih besar yang mungkin mengancam Bumi.

Asteroid Terbesar Kedua di Bimasakti Berkembang Jadi Planet


Jejak lintasan asteroid 2007 TU24 di langit yang dipetakan astronom amatir Dr. Dale Ireland dari Silverdale, Washington, AS 
 

Asteroid terbesar di dalam Sistem Bimasakti sebenarnya adalah purwarupa planet, yaitu satu blok yang sedang berkembang menjadi planet sesungguhnya yang lebih besar, demikian hasil satu studi.
Beberapa peneliti di University of California, Los Angeles (UCLA), membuat kesimpulan tersebut setelah menggunakan teleskop Antariksa Hubble untuk mempelajari Pallas, asteroid terbesar kedua di dalam Sistem Bimasakti, kata studi tersebut, yang disiarkan di dalam jurnal Science, terbitan Oktober.
Pallas, yang namanya diambil dari nama Dewi Yunani, Pallas Athena, berada di sabuk utama asteroid antara orbit Jupiter dan Mars.
Menurut teori pembentukan planet, purwarupa planet adalah awan partikel gas, batu, dan debu yang berada dalam proses pembentukan satu planet. Purwarupa planet agak berada di jalur masing-masing orbit lain, sehingga terjadi benturan dan secara berangsur membentuk planet yang sesungguhnya.
"Sangat menggairahkan untuk menyaksikan satu obyek perspektif baru ini yang sangat menarik dan belum diamati oleh Hubble dengan resolusi tinggi," kata mahasiswi tingkat doktor UCLA, Britney E Schmidt, penulis utama studi itu.
"Kami memperkirakan, asteroid yang sangat besar ini bukan hanya sebagai blok planet yang sedang terbentuk, tapi sebagai peluang untuk meneliti pembentukan planet beku pada waktunya," kata Schmidt.
"Memiliki kesempatan menggunakan Hubble, dan melihat citra itu kembali dan memahami secara otomatis ini dapat mengubah apa yang kami pikirkan mengenai obyek ini," kata Schmidt sebagaimana dilaporkan kantor berita resmi China, Xinhua.
Dengan gambar Hubble, Schmidt mengatakan dia dan rekannya dapat membuat pengukuran baru mengenai bentuk dan ukuran Pallas. Mereka dapat melihat permukaannya memiliki daerah gelap dan cerah, yang menunjukkan benda yang kaya akan air tersebut mungkin telah mengalami perubahan internal dengan cara yang sama yang dilalui planet.
"Itulah yang membuatnya lebih mirip planet --variasi warna dan bentuk bulat sangat penting sepanjang yang kami pahami, adalah obyek dinamis atau benda itu telah memiliki ukuran yang persis sama sejak terbentuk," kata Schmidt. "Kami kira barangkali itu adalah obyek yang dinamis."
Untuk pertama kali, Schmidt mengatakan, dia dan rekannya juga melihat tempat tabrakan besar di Pallas. Mereka tak dapat memastikan apakah itu adalah kawah, tapi depresinya memang menunjukkan sesuatu yang penting lain: bahwa itu dapat membawa kepada keluarga kecil asteroid Pallas yang mengorbit di antariksa.

Asteroid Misterius Saat Ini Sedang Mendekati Bumi



Asteroid Steins, salah satu asteroid besar yang tengah dipelajari para ilmuwan untuk mengungkap asal-usul alam semesta. 
 
Sebuah obyek luar angkasa misterius yang dinamakan 2010 AL30 diketahui tengah mendekati dan menuju Bumi. Pada Kamis (13/1/2010), benda yang diduga asteroid ini diperkirakan akan mencapai titik terdekat di Bumi, yaitu sepertiga jarak Bumi-Bulan.

Obyek yang diperkirakan berukuran 18 meter ini tengah menjadi perhatian astronom dunia. Seperti dilaporkan Discovery, meskipun diketahui terus mendekat ke Bumi, asteroid ini tidak menimbulkan ancaman langsung.

Pada Kamis, batu angkasa ini akan berada di jarak 130.000 kilometer dari Bumi atau sekitar sepertiga dari jarak Bumi ke Bulan. Sangat jarang ada obyek seperti asteroid yang berada pada jarak sedekat ini sebelumnya. Masih belum bisa dipastikan apakah obyek angkasa ini betul asteroid atau bukan. Penemuan 2010 AL30 terbilang sangat baru, yaitu 11 Januari lalu.

Beberapa ahli berpendapat, berdasarkan karakteristik bentuk orbit dan jangka waktu evolusi mengelilingi matahari yang serupa dengan Bumi, diyakini bahwa benda angkasa itu adalah sampah antariksa yang kebetulan mengorbit jauh dari astmosfer Bumi. Namun, pendapat tersebut dibantah oleh Alan W Harris, peneliti senior dari Space Science Institut, AS, karena 2010 AL30 tidak terlihat artifisial.

"Orbitnya tidak menyerupai lintasan bekas pesawat angkasa," ujarnya. Menurutnya, benda angkasa ini layaknya asteroid yang memotong lintasan Bumi lainnya. Hanya, kebetulan, orbitnya sempurna, yaitu menyerupai Bumi.

Kepastian bahwa benda ini asteroid atau bukan hanya bia dipastikan pada Kamis nanti, yaitu saat benda ini mendekati Bumi. Radar Goldstone milik NASA yang berada di Gurun Mojave dijadwalkan akan mengidentifikasi benda ini pada Rabu (13/1/2010). Pantulan gelombang yang ditembakkan ke benda ini akan memastikan wujudnya.

Terlepas pro dan kontra mengenai wujud benda ini sebenarnya, Andera Boattini dari Catalina Sky Survey mengatakan, kemunculan 2010 AL30 merupakan ujian dari sistem mitigasi di Bumi dalam menghadapi ancaman asteroid yang mungkin saja menghujam Bumi. Untungnya, meskipun mengarah ke Bumi, benda angkasa seukuran ini relatif tidak membahayakan penduduk. Sebab, kalaupun menabrak Bumi, benda yang kekuatan ledakannya setara bom atom kecil ini akan langsung hancur begitu menyentuh atmosfer.

Hingga hari ini, Spaceweather merilis, setidaknya ada 1.092 asteroid yang memiliki potensi menabrak Bumi. Ukuran panjangnya bermacam-macam, mulai dari yang kecil, yaitu 18 meter seperti 2010 AL30 hingga 1,4 kilometer macam 24761 Ahau yang kini berada masih jauh dari Bumi.